Jumat, 13 Januari 2012

KUALITAS MUTIARA

PENDAHULUAN

         Mutiara laut selatan merupakan salah satu komoditas andalan perikanandi Indonesia.  Mutiara laut selatan memiliki karakteristik khusus yaitu mutiara tidak dapat diperdagangkan tanpa melihat kualitas mutiara yang diperdagangkan.  Dan juga produksi mutiara tidak dimulai dari kuantitas tetapi dimulai dari kualitas kemudian baru berapa jumlah yang akan diproduksi.

          Dalam usaha budidaya mutiara laut selatan keberhasilan ditentukan dari kualitas mutiara laut selatan yang dihasilkan bukan dari berapa jumlahnya.  Jadi pertanyaanya bukan berapa banyak produksi mutiara laut selatan yang dihasilkan suatu perusahaan akan tetapi berapa persentase mutiara laut selatan yang berkualitas tinggi yang dihasilkan?.

          Secara garis besar dalam menilai kualitas mutiara laut selatan adalah sebagai berikut :
  1. Top pearl (hanadama) Mutiara yang sempurnah tanpa cacat termasuk perfecity round (happo korogashii - eight way roller : dapat berputar kedelapan penjuru angin yaitu mutiara yang bulat sempurnah.
  2. First class - Top pearl tapi ada sedikit cacat, misalnya ada bintik (flaw) sebesar titik bolpoin.
  3. Second class - Trunk pearl (dodama) adalah mutiara cacat agak lebar atau beberapa titik berdekatan.
          Tiga kelompok ini umumnya mendominasi hasil panen mutiara laut selatan sekitar 60% dari jumlah total produksi. Top pearl jarang ditemukan bahkan first class juga hanya beberapa, yang dominan yaitu second class.  Sisanya 40% dari total produksi mutiara laut selata adalah yang berualitas rendah disebut SKIRT PEARL (suso : Kain kimono yang dekat kaki) dan TRASH PEARL (kuzu ; mutiara rusak).  Suso dan kuzu biasanya diborong oleh pedagang asing dengan harga murah kemudian diproses khusus menjadi First class atau second class.

          Terjadinya perbedaan class mutiara disebabkan mutiara dihasilkan dari proses sekresi makluk hidup, mutiara diawali dari pembentukan pearl sac (kantong mutiara) setiap kerang mtiara berbeda karena struktur dan komposisi jumlah bahan organik atau anorganik.  Dengan berbagai variasi ini kualitas mutiara laut selatan yang dihasilkan juga berbeda setiap kerang mutiara.

          Manusia dapat mengontrol kualitas mutiara laut selata yang dihasilkan melalui bagaimana cara cara operasi yang baik dan benar serta pemeliharaan yang tepat efektif dan efisien.  Manusia tidak dapat mengontrol warna, luster karena ini tergantung dari PEARL SAC.  Untuk menghasilkan mutiara yang berkualitas tinggi ada beberapa faktor pendukung yang harus diperhatikan sebagai berikut :
  •  Kemampuan dalam penyeliksian kerang mutiara yang berkualitas akan dijadikan kerang penghsil butiran mutiara dan pengkondisian untuk persiapan operasi.
  • Ketepatan pemilihan inti yang akan digunakan khususnya ukuran, warna, jenis dan mut.
  • Ketepatan membuat potongan mantel yang akan digunakan, khususnya ukuran, ketebalan dan mutu.
  • Kesiapan alat operasi yang digunakan khususnya ketajaman pisau, lenggkungan alat dan sterilisasi alat.
  • Keahlian teknisi pemasangan inti.
  • Ketepatan pasangan dan pengkondisian paska operasi.
  • Kemampuan tekni pemeliharaan yang memadai sampai mutiara siap dipanen.
DASAR PENILAIAN MUTIARA

LUSTER
          Kualitas mutiara ditentukan oleh beberapa faktor yaitu, ukuran, warna, bentuk dan luster. Faktor yang peling menentukan kualitas mutiara adalah Luster, mutiara bagaimanapun bentuk dan ukurannya tanpa luster maka mutiara masuk kedalam kelas rendah.
          Komposisi penyusun mutiara adalah Kalsium Karbonate terdiri dari Kalsit dan Arogonite.  Mutiara dominan tersusun dari aragonite antara 82%-86%, bahan ini bersifat keras dan tahan gores dan disebut Nacre.  Penyusun kedua adalah membrane organic Konchiolin yaitu polisakarida dan serat protein yang kandungannya 14%, penyusun ketiga yaitu Trace Element misalnya strotium dan magnesium sebesar 2%-4%.  Luster membuat penampilan mutiara menjadi istimewa.
Beberapa istilan luster adalah sebagai berikut :
  1. Sheen
  2. Gloss
  3. Briliance
  4. Glow
          Pengukuran tinggi rendahnya kualitas luster yaitu bila pantulannya tajam dan bening maka lusternya tinggi, cara laim yaitu dengan membandingkan kekontrasan antara area gelap dan terang pada butiran mutiara, luster mutiara yang konstrasnya tinggi maka mutiaranya berkualitas tinggi.

     intensitas luster mutiara tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut :
  1. Permukaan, mutiara yang permukaannya tergores atau cacat mempunyai luster yang rendah.
  2. Ketebalan nacre, semakin tebal semakin tinggi lusternya.
  3. Sturuktur nacre tersusun rapi menampilkan luster yang tinggi.
  4. Prosentase cahaya, makin tinggi prosentase konchiolin lebih rendah lusternya.
KOMPOSISI

          Struktur mutiara terbentukberlapis-lapis seperti lapisan bunga kol atau bawang, inti dilapisi perlahan-lahan satu demi satu, lapisan ini terbentuk oleh nacre dan konchiolin.  Pelapisan distratifikasikan dan disekresikan oleh kerang mutiara melalui proses yang disebut  BIOMINERALISASI.  Ketebalan lapisan bervariasai antara 100 mikron - 1 mm,  Nacre taranslucent tidak berwarna sampai putih sedangkan konchiolin opaque dan hitam, coklat atau kekuningan.  Gambaran distruktur bangunan : Nacre adalah bata, konchiolin adalah adukan semen.  Pada musim dingin pelapisan jadi tipis sebaliknya pada musim panas lapisan menjadi tebal serta sesuai kondisi kerang mutiara, kualitas air laut serta makan dll. Kekerasan utiara dihitung memakai skala Mohs 1-10.  Batu gombong nilainya1, berlian 10, mutiara 2,5-4,  oleh sebab itu mutiara dapat tergores oleh kaca atau opisau tapi tidak dengan kuku, Karena bentuknya bulat membuat lubang untuk dijadikan kalung tidak semudah yang kita bayangkan.

UKURAN

          Untuk mengukur berat butiran mutiara dilakukan menggunakan grain dan carat tetapi sekarang ini lebih dikenal dengan menggunakan gram atau stuan berat jepang yaitu momme (baca mohmey). 1 grain = 50 mg, 1 carat = 4 grain = 200 mg, 1 momme = 3,75 gram = 3/4 ounce,. 1000 momme = 1 kan.
ukuran diametr menggunakan milimeter bila tidak bulat misalnya drop menggunakan panjang x lebar.  BIla tidak beraturan (baroque) menggunakan panjang dan lebar. Bila juga menggunakan satua Jepang yaitu ; 1 bu = 0,119 inch,

Nama-nama kalung mutiara berdasarkan pada ukuran mutiara akoya yang sangat terkenal di dunia :
  • Choker          :  Kalung dengan butiran seragam, panjang sekitar 14 inch
  • Matine           :  Kalung 1,5 x Choker
  • Opera            :  Kalung 2 x Choker
  • Rope             :  Kalung 3 x Choker
  • Graduated strand  :  Kalung dengan butirantidak seragam makin kecil ke samping, panjang 17"

WARNA

          Mutiara mempunyai warna dasar, warna ini dipengaruhi secara genetik berdasarkan jenis (spesies) : Pinctada margaritifera dan galtsofhi menhasilkan mutiara hita, Pinctada maxima menghasilkan white dan gold. Pengendaliangenetik ini ditentukan oleh dua faktor sebagai berikut :
  1. Picmen organic dari lapisan konchioline yaitu pigmen atau bahan organik yang disebut metalloporphyrins.
  2. Warna dari nacre tidak berwarna atau putih, tetapi jika ada trace element misalnya Cooper dan silver memberi warna gold dan krem, metalik golden, sodium dan zink coklat dan pin, iron kuning.
Warna mutiara juga dipengaruhi oleh beberapa faktor :
  1. Cuaca dan kualitas air
  2. Kedalaman perairan,
  3. Sendimen dasar perairan.
  4. Serasi dengan warna cangkang bagian dalam.
  5. Warna inti dan potongan mantel (saibo).
  6. Panjang gelombang cahaya yang diserap oleh mutiara.
          Pintada maxima mempunyai dua varientas yaitu P. maxima var  silver dan P. maxima var golden.  Warna turunannya sebagai berikut ;
  • Silver : 1. Pink, 2. White, 3. Silver, 4. Blueish
  • Golden : 1. Golden, 2. Deep yellow, 3. Yellow, 4. Cream/Ivory, 5. Melon/Greenish
 Dalam seleksi mutiara silver puncak warna pink dan white sedangkan golden puncakwarnahnya adalah golden dan deep yellow.
 BENTUK
  
          Bentuk butiran mutiara tergantung dari penempatan inti pada tubuh kerang.  Jika diantara cangkang dan mantel adalah mutiara setengah bulat, sama dengan non special; mabe pearl; blister pearl; half pearl; chicot pearl. Jika potongan mantel disisipkan di dalam mantel disebut ; free pearl atau true pearl, bentuknya tidak beraturan sampai bulat telur.  Jika menggunaka inti bulat dan potongan menghasilkan special atau round pearl. drop, oval, baroque dan lain-lain.  Dari proses ini mungkin juga terjadi adanya mantel yang tidak menelimuti inti dan mantelnya menjadi mutiara disrbut keshi pearl. Sejak tahun 1995 juga ditemukan faceed black pearl yaitu pada mutiara hitam dibuat mata facet seperti pada berlian.


UKURAN



By ASBUMI 

Selasa, 25 Mei 2010

PINCTADA MAXIMA

I. PENGELOLAAN INDUK

1. Latar belakang

        Kerang mutiara dari jenis pinctada sp merupakan kerang yang dapat menghasilkan butiaran mutiara sebagai perhisan kalung, anting, bros, gelang dan juga dapat digunakan untuk campuran cosmetik dansebagainya. Dengan pesatnya perkembang industri kerang mutiara baik lokal (Indonesaia) maupun mermintaan dari luar negeri untuk ekspor, maka peranan pembibitan kerang mutiara sangat besar peranannya untuk ketersediaan bahan baku berupa kerang mutiara. Manejemen pememeliharaan induk juga menjadi penting dan sangat fital dalam industri budidaya kerang mutiara untuk menghasilkan butiran mutiara yang berkualitas baik dan berkelas.

2. Penyediaan induk

        Ketersediaan induk untuk breeding kerang mutiara menjadi suatu hal yang sangat penting agar dapat terjaga ketersediaan kerang mutiara sebagai bahan baku indusatri mutiara. Induk kerang mutiara dapat diperoleh dari alam melalui para nelayan yang mencari kerang mutiara melalui penyelaman, induk juga dapat diperoleh dari hasil breeding (anakan) yang telah terjamin kualitasnya menghasilkan butiaran mutiara yang baik. Dari kriterian induk yang baik yaitu kerang mutiara yang dapat menghasilkan butiran mutiara seperti putih, silver, gold, yellow, fanci dan fanci.

3. Seleksi induk

        Induk pada industri budidaya kerang mutiara menjadi hal yang sangat fital untuk dapat menghasilkan butiaran mutiara yang berkelas baik. Untuk mendapatkan induk yang sesuai maka seleksi induk harus dilakukan. Induk yang masuk kritera baik yakni antara lain sebagai berikut :
  • Umur kerang mutiara 5 thn untuk induk yang diperoleh dari hasil breeding.
  • Untuk kerang yang diperoleh dari alam enselnya tidak kurang dari 5 mm dan tidak lebih dari 1,5 cm.
  • Induk harus menghasilkan nacre yang baik, kulit dalam tidak cacat.
  • Gonad besar tidak bengkok agar dapat menghasilkan mutiara yang besar.
  • Mantel dapat menghasilkan nacre yang putih agar dapat dijadikan saibo (potongan mantel yang disisipkan bersama nucleus pada saat pemasangan inti mutiara)
  • Tingkat Kematangan Gonad mencapai 80 % (siap untuk dipijahkan)

4. Pemeliharaan induk di laut

        Induk-induk hasil seleksi dipelihara ditempat tertentu pada daerah yang subur akan unsur hara dan plankton baik dari jenis phitoplankton maupun zooplankton. Penempatan induk-induk pada daerah ini agar induk terjamin dapat dengan mudah berkembang untuk memiliki sel sperma dan sel telur, sehingga pada waktu ingin dipijahkan dapat dengan mudah memperoleh induk dengan tingkat kematangan gonad (TKG)yang sesuai keinginan. Ada dua posisi yang baik agar induk tetap terjamin dapat memiliki sperma dan telur, pertama induk digantu pada daerah tepi pantai untuk mempercepat induk bertelur, kemudia setelah induk ada tanda-tanda sudah bertelur maka induk dipindahkan pada posisi kedua yaitu posisi di tengah laut agar induk yang telah memiliki telur tidak tergang dan dapat memijah dengan sendirinya.

                                                      Tali jalur pemeliharaan induk kerang

5. Pemeliharaan di laboratorium

        Induk yang akan dimasukan ke laboratorium adalah induk yang telah melalui hasil seleksi. Induk yang memiliki TKG 80 % dan telah terlihat ada seperti pasir yang halus pada gonad selai warna kuning dan putih, berarti sperma dan telur sudah memiliki gamed. Induk yang demikian ini bisa langsung dipijahka tanpa harus dipelihara. Induk yang TKG nya rendah akan dipelihara beberapa hari sampai terlihat ada perubahan peningkatan TKG yang lebih baik agar dapat dipijahkan. Pemeliharan induk ini dapat dilakukan selama 7 hari dengan pemberian pakan berupa alge dari jenis chaetoseros sp, nano, tetra dan pavlopa serta diberikan makan tambahan tepung maisena.

                                                         Induk dipuasakan 15-24 jam

II. PROSES PEMIJAHAN

        Proses pemijahan yaitu proses mempertemukan sperma dan telur pinctada maxima. Sebelum melakukan pemijahan terlebih dahulu dilakukan pengecekan TKG dan jenis kelamin jantan ditandai dengan gonad berwarnah putih atau agak krem, betina ditandai dengan gonad berwarna kuning atau orengs. Induk kerang mutiara yang akan dipijahkan diseleksi dengan TKG tidak kurang dari 80 %. Setelah induk-induk sudah siap untuk dipijahkan maka ada beberapa perlakuan agar sperma dan telur dapat spawning sebagai berikut :
  • Manipuasi lingkungan induk-nduk kerang mutiara masukkan bak pemijahan yang berukuran lebar 80 cm panjang 200 cm dan tinggi 15 cm. Bak diisi air sampai tubuh kerang semuanya terendam air, 30 menit kemudian air dikuras sampai habis, kemudian diisi lagi, 30 menit kemudian dikuras lagi airnya dan seterusnya sampai induk jantan dan betina mengeluarkan sperma dan telurnya.
  • Rangsangan dengan bahan kimia induk-induk kerang mutiara dimasukkan ke bak berukuran lebar 50 cm panjang 60 cm dan tinggi 40 cm. Larutkan 1 ml amoniak 37% dengan air 1000 ml kemudian tuangkan ke bak pemijahan biarkan selama 15 menit.
  • kejutan suhu, untuk perlakuan ini wadah yang digunakan sama dengan dia atas, pertama induk-induk dimasukan ke wadah yang telah terisi air dengan suhu 27-30 'C selama 1 jam, kemudian masukkan kedalam wadah dengan suhu air 19-22 'C selama 15 menit, setelah itu induk dipindahkan ke wadah yang bersuhu 33-35'C.
  • ekspos, proses ini merupakan dasar dari beberapa metode diatas, ekspos ada 2 cara yaitu pertama induk-induk baik jantan maupun betina ditutup dengan handuk basah dibiarakan tanpa air selama 1 jam, cara kedua yaitu induk-induk dijemur dimatahari selama 45 menit. Setelah perlakuan ini induk jantan dimasukan ke ruan AC selama 1 jam dan induk betina di masukan ke bak pemijahan menunggu induk jantan.
            Metode yang paling baik yaitu dengan mengunakan manipulasi lingkungan, sebab perlakuan ini tidak memaksakan induk agar spwoning. Semua metode dapat digunakan secara bersamaan sesuai urutannya yaitu pertama diekspose, manipulasi suhu, kejut suhu dan menggunakan bahan kimia.

                                                        Induk di ruang AC selama 1 jam

III.  PROSES PENELURAN

           Setelah induk kerang melalui proses pemijahan kurang lebih 2 jam maka induk betina dan induk jantan akan mengeluarkan telur dan sperma.
  • Telur dan sperma kerang yang telah spowning dicek dimikroskop untuk mengetahui tingkat kematangan dan gerakan sperma.
  • Telur dan sperma yang telah diseleksi kemudian di satukan dengan perbandingan 1 telur berbanding 100 sperma.
  • Beberapa detik kemudian telur akan dibuahi oleh sperma, dengan tingkat pembuahan harus diatas 80%.
  • Setelah terjadi pembuahan telur yang telah terbuahi akan tenggelam kedasar selama 7-9 jam kemudian akan naik kepermukaan (trocopore), telur yang masih berada di dasar bak menandakan telur tidak terbuahi secara sempurnah.
  • Trocopore yang terapung dipemukaan air disaring dengan menggunakan planktonnet ukuran 20-25 milron,
  • Larva kerang yang telah disaring ditebar ke bak pemeliharaan dengan tingkat kepadatan 3-5 ekor/cc.
  • Cangkan larva akan terlihat transparan tipis transparan setelah 20-22 jam kemudian dan berbentuk seperti hurup D.
  • Larva yang telah ditebar dan diberi aerasi  perlahan-lahan, setelah 36 jam kemudian diberi pakan secukupnya. 
  • Pemberian pakan dilakukan selama pemeliharaan 2 - 3 kali sehari.

                               Telur yang telah terbuahi.
                           

IV.  PROSER PERTUMBUHAN

            Langka selanjutnya pemeliharaan pertumbuhan larva kerang mutiara pinctada maxima, kurang lebih 27 - 50 hari.  Selama pemeliharaan ada beberapa perlakuan sebagai berikut :
  • Pemberian pakan plankton (Alga) 2 - 3 kali sehari dengan dosis yang berbeda sesuai kebutuhan.
  • Pakan yang digunakan antara lain Iso, Chaethocheros, Tetra, dan Pavlopa.
  • Pergatian air dilakukan 4- 5 kali sehari, sebelum pergantian air larva jangan diberi pakan.
  • Pergantian air dengan mengunakan saringan yang bertingkat.
  • Larva yang telah disaring ditebar kebak yang telah di tritmen khusus mengunakan, EDTA, Tetrachyklin dan chorampenicol.
  • Larva ditebar pada bak yang berbeda sesuai ukuran larva.
  • Setelah beberapa hari larva telah besar dan larva sudah ada yang siap untuk beruba fase dari planktoni menjadi diam untuk menempel pada substrat.
                                           

V.  PROSES PENDEDERAN DAN PANEN

              Proses pendederan adalah proses dimana larva yang sifatnya planktonik akan beruba kefase untuk diam tidak dapat berenang lagi. Fase ini ditandai dengan adanya tanda merah kemudian lama kelamaan akan berubah menjadi hitam seperti tampak pada gambar diatas.
  • Sebelum larva ditebar, bak harus telah dipersiapakan 3 hari sebelumnya yang telah diisi dengan tali atau okki net dimana larva akan menempel.
  • Larva akan menempel 2-4 hari setelah ditebar ke bak pendederan yang telah berisi tali atau yang lainnya akan berbah fase menjadi spat.
  • Larva akan diberi pakan seperti biasa namun dosisnya ditambah lebih banyak.
  • Selama pemeliharan pada bak pendederan air bak akan disirkulasi 4 hari sekali sampai spat ditebar ke laut.
  • Spat siap ditebar ke laut pada umur 10-20 hari setelah menempel pada substrat atau telah mencapai ukuran 0,5-10 mm.
  • Spat yang akan diturunkan kelaut dipuasakan 12 jam agar setelah ditebar tidak mengalmi strees.
  • Spat yang akan ditebar sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari.
                                                                 Spat ukuran 0,5-1 mm


                              Spat yang menempel pada substrat umur 1 bulan setelah ditebar ke laut.
                                                                    Siput ukuran 5 cmm